Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan kedudukan clan pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, baik dilihat dari tujuan clan fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena keefektifan pembelajaran hanya dapat diketahui melalui evaluasi. Dengan kata lain, melalui evaluasi semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, baik secara kelompok maupun perseorangan.
1. Evaluasi dan Hasil Langsung
Dalam proses pembelajaran, guru sering melakukan kegiatan evaluasi, baik ketika proses pembelajaran sedang berlangsung maupun ketika proses pembelajaran sudah selesai. Jika evaluasi diadakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, maka guru ingin mengetahui keefektifan dan kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Evaluasi dan Transfer
Hal penting yang berkenaan dengan proses belajar adalah kemungkinan mentransfer hasil yang dipelajari ke dalam situasi yang fungsional. Dasar pemikiran ini merupakan asas psikologis yang logis dan rasional. Peserta didik tidak dapat dikatakan telah menguasai ilmu komputer (misalnya), jika ia belum dapat menggunakannya dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari.
Evaluasi Langsung dari Proses Belajar
Di samping harus mengetahui hasil belajar, guru juga harus proses belajar. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar diorganisasi sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
B. Model-Model Evaluasi
Pada tahun 1949, Tyler pernah mengembangkan model black box. Setelah itu, belum terlihat ada model lain yang muncul ke permukaan. Lebih kurang 10 tahun lamanya, orang-orang yang melakukan kegiatan evaluasi hanya menggunakan model evaluasi tersebut. Hal ini mungkin disebabkan evaluasi belum menjadi studi tersendiri.
1.Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler. buku Basic Principles of Curriculum and Instruction, Tyler mengemukakan ide dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bahasan dalam buku tersebut diberinya judul how can the effectiveness of learning e. ence be evaluated? Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi , dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).
1. Model yang Berorientasi pada Tujuan
Dalam pembelajaran, kita mengenal adanya tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Model evaluasi ini menggunakan kedua tujuan tersebut sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang logis antara kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil.
3. Model Pengukuran
Model pengukuran (measurement model) banyak mengemukakan pemikiran-pemikiran dari R.Thorndike dan R.L.Ebel. Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun keiompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap.
1. Model Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, and Lee J.Cronbach)
Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behaviour) pada akhir kegiatan pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Educational System Evalu Ation Model (Daniel L. Stufflebeam,Michael Scriven, Robert E. Stake, dan Malcolm M. Prows)
Tokoh model ini, antara lain Daniel L.Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus. Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baik yang bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern.
Model alkin
Model ini diambil dari nama pengembangnya, yaitu Marvin Alkin ~1969), Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif.
Model Brinkerkoff
a. Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan. Meskipun demikian, desain fixed dapat juga disesuaikan dengan kebutuhan yang sewaktu-waktu dapat berubah.
b. Formative vs Summative Evaluation
Istilah formatif dan sumatif pertama kali dipopulerkan oleh Michael Scriven. Untuk dapat memahami kedua jenis evaluasi ini dapat dilihat dari fungsinya. Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran secara E menyeluruh.
c. Desain eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiry
Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, dom sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur damp. Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program pembelajaran.
Dalam desain evaluasi natural-inkuiri, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat
Illmunative Model (Malcolm Parlett dan Homilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended).
Model responsif
Sebagimana model illmunative, model ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-terbuka.
C. Pendekatan Evaluasi
Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan system.
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini disekolah yang ditunjukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik.
2. Pendekatan Sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan.
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini sering juga disebut penilaian norma absolut. Jika ingin menggunakan pendekatan ini, berarti guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan oleh guru.
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya. Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat relatif.
Zaenal Arifin.2010.Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.