Tuesday 30 July 2013

KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI ANTROPPLOGI

1.      Tinjauan Batasan Pendidikan

Secara konseptual, kita menyadari bahwa setiap orang dikehendaki atau tidak, selalu menjadi anggota atau berada dalam sebuah lingkungan pendidikan. Minimal seseorang berada dan menjadi anggota dalam lingkungan keluarganya maisng-masing, atau ia menjadi salah seorang murid dari sebuah lembaga pendidikan formal atau sekolah atau berada dalam sebuah komunitas dan pedidikan didalam lingkungan masyarakatnya. Dengan perkataan lain seseorang, langsung atau tidak langsung, terlibat didalam berbagai proses pendidikan. Karena itu pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamik dalam kehidupan individu, yang mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya.

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, dan tubuh anak, dalam pengertian tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan alamnya dan masyarakatnya (Ki Hajar Dewantara) unsur-unsur umun dalam definisi pendidikan : (1) pendidikan itu bertujuan (2) pendidikan merupakan upaya yang disengaja atau tidak disengaja dan (3) pendidikan dapat berlangsung dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, usaha pendidikan akan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian, dan harus menace pada pembinaan cita-cita hidup yang luhur.

2.      Pergeseran pandangan pendidikan

Konsep pendidikan yang “konvensional menggambarkan bahwa pendidikan itu sebagai bantuan pendidik untuk membuat subjek didik dewasa. Konsep ini telah mendorong pendidik demikian bernafsu untuk member “bekal hidup” kepada anak didik. Implikasi dari konsep ini telah melahirkan pandangan dikalangan sementara pendidik, sehingga mereka mengartikan pendidikan itu sebagai kegiatan yang berpusat pada pendidik. Anak didik dipandang sebagai “wadah kosong” yang harus “diisi” oleh pendidik. Teori pendidikan modern berubah pendekatannya dari mementingkan dan menekankan keterampilan kognitif kepada perkembangan interpersonal dan intrapersonal. Ini berarti bahwa pendidikan itu secara sadar harus diarahkan untuk membantu dan memperlancar pertumbuhan diri, pembebasan diri, pengemansipasian diri, dan perwujudan diri.

3.   Pendidikan sepanjang hayat


Pendidikan itu harus dipandang sebagai pemberian pelayanan terhadap perkembangan pribadi individu sepanjang hayatnya. Pendidikan sebagai kegiatan berjalan terus sebagai suatu proses yang berkesinambungan sebab perkembangan manusia itu tidak pernah berhenti sepanjang hidup manusia itu sendiri. Bermakna bahwa seseorang itu tidak dapat begitu saja dibentuk dan diubah oleh orang lain dengan semau-maunya, baik melalui pengawasan, pengendalian, pengontrolan, manipulasi, maupun hukuman. Hanya dirinya sendirilah yang menggerakkan perubahan kearah mana yang dia inginkan dan harapkan. Oleh karena pendidikan berlangsung sepanjang hayat, maka dapatlah dikatakan bahwa pendidikan adalah sama dengan belajar, entah dimana, bagaimana, dan bilakah berlangsungnya pelajaran itu. Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses yang berkelanjutan, mulai dari usia anak kecil sampai pada usia dewasa. Konsep ini akan melahirkan implikasi bahwa pendidikan itu hendaknya diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

4.      Pendidikan multikultur

Pendidikan multikultur dimaksudkan untuk memberikan akses kepada kelompok etnik dan minoritas terutama untuk individu, keluarga dan anak-anak dengan pendekatan multietnik, multirasial. Dengan multikultur dimaksudkan interaksi antara individu dari kelompok minoritas dan etnik dengan kelompok dominan. Pendekatan multikultur terdiri dari (a) pengetahuan tentang budaya keturunan yang dimiliki seseorang dan pemahaman tentang budya yang ada disekitar. (b) pemahaman mengenai budaya yang dimiliki pihak lain.

5.      Pendidikan ras dan gender

Ras dan gender memiliki tempat khusus dalam kajian antropologi pendidikan. Ras yang menjadi perhatian khusus yaitu pendidikan untuk kelompok terasing, sehubungan dengan stereotype mengenai pendidikan dan dalam beberapa hal masih terabaikan. Adapun gender lebih dilihat dari sisi diskriminasi dalam memperoleh hak yang sama sekaitan dengan budaya maskulin yang mendominasi kehidupan. Ras dan gender memiliki tempat khusus dalam kajian antropologi pendidikan. Ras yang menjadi perhatian khusus yaitu pendidikan untuk kelompok terasing, sehubungan dengan stereotype mengenai pendidikan dan dalam beberapa hal masih terabaikan. Adapun gender lebih dilihat dari sisi diskriminasi dalam memperoleh hak yang sama sekaitan dengan budaya maskulin yang mendominasi kehidupan.

6.      Perkembangan pendidikan dilihat dari; konsepsi, sejarah dan tokoh

Ki hajar dewantara pendidikan adalah sebagai usaha bangsa dalam untuk memelihara dan mengembangkan benih turunan bangsa itu. Asas pendidikannya yaitu kemerdekaan guna menuju kearah kebudayaan, keluruhan dan kehalusan manusia yang berwawasan kebangsaan yang tidak boleh bertentangan dengan kodrat kemanusiaan. Dalam menegakkan kemerdekaan hidup, berazaskan kepada kekuatan sendiri. Taman siswa menjadi wahana pemupukan kader masyarakat, yang terkenal dengan nuansa filosofis “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso tut wuri handayani. Implikasinya : selalu melibatkan interaksi sosial-budaya.

0 komentar: