Thursday 20 November 2014

KOGNISI SOSIAL


A.    Pengertian Kognisi Sosial

Menurut Baron dan Byrne (2000) kognisi social merupakan cara individu untuk menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi mengenai kejadian atau peristiwa-peristiwa social.
Bagaimana cara kita berfikir tentang dunia social, bagaimana cara mencoba kita untuk memahaminya dan bagaimana cara kita memahami diri kita dan tempat kita didalam dunia itu ( Bargh, 1999; Higgins & Kruglanski, 1996 ).
Jadi Kognisi social adalah tatacara kita menginterpretasikan, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social.kognisi social dapat terjadi secara otomatis.

B.     Macam-macam Kognisi Sosial

Dalam kognisi social dikenal istilah skema yang merupakan semacam kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi suatu fenomena yang diperhatikan individu. Terdapat 3 jenis skema yaitu :
a.       Person : gambaran mengenai atribut-atribut atau ciri-ciri dari individu lain atau diri individu itu sendiri.
b.      Roles : gambaran mengenai tugas dan peran individu-individu di sekeliling kita.
c.       Events : gambaran mengenai peristiwa-peristiwa social yang dialami atau dilihat individu sehari-hari.


2
C.    Proses Kognisi Sosial

Kognisi social kita berfungsi secara “otomatis”: cepat tanpa usaha dan tanpa penalaran yang cermat atau logis, karena telah ada skema yang membimbing kita dalam menganalisa suatu peristiwa, terdapat 3 proses, yaitu :
1.      Attention : Proses pertama kali terjadi dimana individu memperhatikan gejala-gejala social yang ada di sekelilingnya.
2.      Econding : memasukkan apa yang diperhatikan kedalam memorinya dan menyimpannya.
3.      Retrieval : Apabila kita menemukan gejala yang mirip kita akan kita akan mengeluarkan ingatan kita dan membandingkan apabila ternyata sama maka kita bisa mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau bisa juga individu mengeluarkan ingatannya ketika akan menceritakan peristiwa yang dialami.

D.    Implementasi Kognisi Sosial dalam Kehidupan

1.      Faktor yang menyebabkan kesalahan dalam kognisi social
Bias negativitas, yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative. Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negative akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh: kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang pintar, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negative dan mengabaikan hal-hal positif.


3
Bias optimistic, yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negative dan kemungkinan lebih kecil untuk mengalami peristiwa negative. Contoh: pemerintah seringkali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek besar—jalan, bandara baru, dsb. hal ini mencerminkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negative dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru sudah bersiap menghadapi hal yang buruk (brancing of loss) dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic: mereka menjadi pesimis.
Kerugian yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak berpikir. Terkadang terlalu banyak berpikir dapat menyeret kita ke dalam kesulitan kognoitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai hal-hal penting adalah penting.
Pemikiran konterfaktual, yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “apa yang akan terjadi seandainya…”. Contoh: ketika selamat dari kecelakaan pesawat, Andi justru memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung terjun tadi, saya sudah mati pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya?”, dsb. pemikiran konterfaktual dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita. Inaction inertia—kelambanan apatis—muncul ketika individu memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang positif.
Pemikiran magis, yaitu berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh: supaya ujian lulu, Raju berdoa banyak-banyak dan memakai banyak cincin.


4
Menekan pikiran, yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki   alam kesadaran. Proses ini melibatkan 2 komponen, yaitu: proses pemantauan yang otomatis yang mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untul muncul kea lam kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdeteksi, proses kedua terjadi, yaitu mencegah agar pikiran tersebut tetap berada di luar kesadaran tanpa mengganggu pikiran yang lain. Contoh:anti yang ikut program diet menekan pikirannya akan makanan-makanan manis.

2.      Jalan Pintas mental

Dalam upaya memahami sesuatu, individu sering melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan individu antara lain :
a.   Berfikir jalan pintas (heuristic)
Individu cenderung malas untuk berfikir kompleks sehingga cenderung menyederhanakan suatu perisiwa yang dialami. Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara :
1)      Representasi
·      Individu mengambil kesimpulan mengenai suatu gejala sosialhanya berdasarkan pada cirri-ciri tertentu priming.
·      Pengambilan kesimpulkan berdasarkan pengalaman yang baru saja trjadi atau yang paling dialami.
2)      Base rate fallacy
·   Pengambilan kesimpulan dengan cara melakukan generalisasi pada sekelompok individu berdasarkan perilaku individu lain.
·   Keterbatasan informasi yang tersedia
·   Pengambilan kesimpulan berdasarkan informasi yag minim.
5
b.  Berfikir illusi (illusory thinking)
Ilusi dalam konsep psikologi adalah kesalahan dalam memprepsi sesuatu. Dalam psikologi social, individu sering mengalami kasalahan dalam memprepsi sesuatu yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pula kognisi social. Berfikir illusi dapat dibedakan menjadi :
1)   Ilusi tentang korelasi (illusory correlation)
Ilusi ini terjadi apabila individu menghubungkan dua hal yang tampaknya berhubungan padahal sebenarnya tidak.
2)    Ilusi control (illusory control)
Individu menganggap seakan-akan dirinya dapat mengendalikan lingkungan.
3)   Penilaian terlalu percaya diri (overconfidence judgement)
Individu salah memberikan penilaian atau menarik kesimpulan akibat terlalu percaya pada dirinya sendiri.

E.  Hallo Efectt

Biasanya terjadi pada saat pertemuan pertama kali dengan individu lain, individu dikaburkan dengan penampilan individu lain sehingga membentuk kesan yang salah mengenai individu lain tersebut.
              Terjadinya hallo effect juga dikarenakan cara berfikir individu yang cenderung membuat kategorisasi-kategorisasi mengenai sifat manusia, yaitu kategorisasi sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk.


6
F.  Aspek-aspek lain dalam kognisi social

              Dalam menganalisa dan membuat kesimpulan, kadang-kadang individu tidak melakukan dengan cara memasukan semua informasi yang ditangkap, hanya informasi-informasi tertentu yang ditangkap oleh individu,yaitu :
a.       Memperhatikan yang konsisten
        Individu lebih cenderung  memperhatikan yang konsisten untuk membuat suatu kesimpulan mengenai suatu kejadian social.
b.      Memperhatikan yang negative
        Individu lebih cenderung memperhatikan hal- hal yang negative saja dari seseorang dan tidak menghiraukan sisi baik orang lain.
c.       Keraguan karena motivasi
d.      Berfikir kontrafaktual
        Individu mengabaikan informasi yang terbaru yang ia terima dan menyimpulkan sesuatu yang berdasarkan informasi yang sudah lebih dahulu ada.
e.       Pribadi dan Benda Milik
        Individu seringkali juga memberikan atribusi tertentu kepada orang lain berdasarkan benda-benda yang dia miliki. Hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa kepribadian seseorang tercermin dari benda-benda yang ia miliki.




7
3.      Kejadian social dan dampak tingkah laku
Skema merupakan komponen dasar kognisi.Skema merupakan struktur mental yang membantu kita mengorganisasi informasi social,dan menuntun pemrosesannya.skema berkisar pada sustu tema dan obyek tertentu.dalam otak kita skema merupakan sebuah scenario,yang memiliki alur.skema di otak kita terbentuk berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain.
Skema menimbulkan efek yang kuat terhadap 3 proses dasar: perhatian atau atensi (attention), pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval). Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer & Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan sebagai penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu sangat ekstrem. Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam ingatan—informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi apa yang paling siap untuuk diingat—secara umum, orang melaporkan informasi yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.


8
Skema juga memiliki kelemahan (segi negative). Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia social. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan prasangka, dalam pembentukan satu komponen dasar pada stereotip tentang kelompok-kelompok social tertentu. Skema seringkali sulit diubah—skema memiliki efek bertahan (perseverance effect), tidak berubah nahkan ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skjema bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia social yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan berkata, “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy)—ramalan yang membuat ramalan itu sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini menurun. Stereotip tidak hanya memiliki pengaruh—nsmun bisa melalui efek pemaastian dirinya, stereotip juga membentuk realitas social.




0 komentar: