Tuesday 10 November 2015

EKOEFISIENSI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


A.  Konsep Ekoefisiensi
Konsep ekoefisiensi telah berkembang sampai pada tataran dunia bisnis. Tujuan utama ekoefisiensi adalah meningkatkan produktivitas dengan cara meningkatkan nilai tambah sisa hasil produksi untuk dapat kembali sebagai bahan baku produksi jenis barang-barang lain. Dalam prinsip ekoefisiensi, penggunaan sumber daya alam berdasarkan pemilihan peruntukannya menjadi sangat penting. Pemilihan peruntukan tersebut dilaksanakan atas dasar Efisiensi dan efektivitas penggunaan yang optimal dalam batas-batas kelestarian sumber daya alam, Tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian sumber daya alam lain yang berkaitan dalam suatu ekosistem, dan Memberikan kemungkinan untuk mempunyai pilihan penggunaan di masa depan, sehingga perombakan ekosistem tidak dilakukan secara drastis. Konsep dalam ekologi dan ilmu lingkungan yang sejalan atau menunjang terwujudnya ekoefisiensi yaitu produksi bersih, produksi dan konsumsi yang berkelanjutan , ekologi untuk industri, kerjasama atas dasar produk. Ekoefisiensi akan berhasil jika diindikatori pengurangan intensitas barang dan jasa, pengurangan intensitas energi dalam pengadaan barang dan jasa, pengurangan persebaran bahan beracun, semakin banyak benda-benda untuk kegiatan sehari-hari yang terbuat dan bahan-bahan yang mudah didaur-ulang, kegunaan berkelanjutan yang maksimal sumber daya alam yang dapat diperbarui, peningkatan intensitas layanan terhadap barang dan jasa, menunjang inisiatif untuk keberhasilan produksi bersih terhadap produksi berkelanjutan dan pola konsumsi.
Peran sikap dan perilaku perorangan (individu) sebagai diri, anggota masyarakat dan pengambil keputusan sangat menentukan seluruh tindakan manusia terhadap alam atau lingkungan. Oleh sebab itu dalam rangka pelestarian lingkungan, kewajiban bagi setiap orang untuk melakukan upaya mewujudkan lingkungan yang memberi dukungan kepada kehidupan semua manusia, adalah sangat menentiukan. pemanfaatan sumber daya alam tersebut pada tingkat eksploitasi yang tidak ramah terhadap lingkungan (ekologi). Bahkan demi kelangsungan proses pembangunan ekonomi, dalam konteks efisiensi diperlukan adanya perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan sumber daya alam yang dilakukan dengan cermat. Perhitungan hubungan – hubungan ekologis perlu dilakukan untuk mengurangi akibat-akibat yang merugikan baik bagi kelangsungan pembangunan maupun kelangsungan ekosistem. Itulah gambaran prinsip ekoefisiensi dalam pengelolaan sumber daya alam.

B.       Pembanguna  Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". pembangunan berkelanjutan sebagai terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Tujuan berkelanjutan dapat dicapai peningkatan potensi produksi dengan pengeloaan yang ramah lingkungan hidup, menjamin terciptanya kesempatan yang adil dan merata bagi semua orang. 4 pilar pembangunan berkelanjutan yang dapat diukur secara kuantitaif, empat pilar itu adalah keberpihakan (pro) pada lingkungan hidup, rakyat miskin, perempuan, lapangan kerja. Agenda utama pembangunan berkelanjutan tidak lain adalah upaya untuk mensinkronkan, mengintegrasikan dan memberi bobot yang sama bagi tiga aspek utama pembangunan yaitu aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan aspek lingkungan hidup. Arus pembangunan berkelanjutan di indonesia sriring juga dengan kerusakan lingkungan, ambillah salah satu contoh kasus yang menghancurkan ribuan hektar hutan di leuser serta terganggunya habitat asli dan semakin maraknya ilegal logging dari jalur bukan hutan.
Divisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan mendaftar beberapa lingkup berikut ini sebagai bagian dari Pembangunan Berkelanjutan, diantaranya adalah Pertanian, Atmosfir, Keanekaragaman Hayati, Biotekhnologi, Pengembangan Kapasitas, Perubahan Iklim, Pola Konsumsi dan Produksi, Demografi, Penggurunan and Kekeringan, Pengurangan dan Manajemen Bencana, Pendidikan dan Kesadaran, Energi, Keuangan, Hutan, Air Segar, Kesehatan, Tempat tinggal, Indikator, Industri, Informasi bagi Pembuatan keputusan dan Partisipasi, Pembuatan Keputusan yang terintegrasi, Hukum Internasional, Kerjasama Internasional memberdayakan lingkungan, Pengaturan Institusional, Manajemen lahan, Kelompok Besar, Gunung, Strategi Pembangunan Berkelanjutan Nasional, Samudera dan Laut, Kemisinan, Sanitasi, Pengetahuan Alam, Pulau kecil, Wisata Berkelanjutan, Tekhnologi, Bahan Kimia Beracun, Perdagangan dan Lingkungan, Transport, Limbah (Beracun), Limbah (Radioaktif), Limbah (Padat), Air. Karakteristik pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan PBB yaitu interdisiplin dan holistik, mengarah pada pembentukan nilai-nilai dan menyokong pembangunan berkelanjutan, berpikir kritis dan pemecahan masalah, multimetode, model partisipatori dalam pembuatan keputusan, relevansi dangan konteks lokal. PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan.






REFERENSI

Sudjoko, dkk. 2011, Pendidikan Lingkungan Hidup, Jakarta: Universitas Terbuka.
Anonim. (2006). Pendidikan untuk pendidikan berkelanjutan, buku 11 : petunjuk guru. Jakarta : hanns seidel foundation indonesia.

0 komentar: