A.
Pengertian
Kognisi Sosial
Menurut
Baron dan Byrne (2000) kognisi social merupakan cara individu untuk
menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi mengenai kejadian atau
peristiwa-peristiwa social.
Bagaimana
cara kita berfikir tentang dunia social, bagaimana cara mencoba kita untuk
memahaminya dan bagaimana cara kita memahami diri kita dan tempat kita didalam
dunia itu ( Bargh, 1999; Higgins & Kruglanski, 1996 ).
Jadi Kognisi social adalah tatacara
kita menginterpretasikan, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi
tentang dunia social.kognisi social dapat terjadi secara otomatis.
B.
Macam-macam Kognisi Sosial
Dalam
kognisi social dikenal istilah skema yang merupakan semacam kerangka atau
gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi
suatu fenomena yang diperhatikan individu. Terdapat 3 jenis skema yaitu :
a. Person
: gambaran mengenai atribut-atribut atau ciri-ciri dari individu lain atau diri
individu itu sendiri.
b. Roles
: gambaran mengenai tugas dan peran individu-individu di sekeliling kita.
c. Events
: gambaran mengenai peristiwa-peristiwa social yang dialami atau dilihat
individu sehari-hari.
2
C.
Proses Kognisi Sosial
Kognisi
social kita berfungsi secara “otomatis”: cepat tanpa usaha dan tanpa penalaran
yang cermat atau logis, karena telah ada skema yang membimbing kita dalam
menganalisa suatu peristiwa, terdapat 3 proses, yaitu :
1. Attention
: Proses pertama kali terjadi dimana individu memperhatikan gejala-gejala
social yang ada di sekelilingnya.
2. Econding
: memasukkan apa yang diperhatikan kedalam memorinya dan menyimpannya.
3. Retrieval
: Apabila kita menemukan gejala yang mirip kita akan kita akan mengeluarkan
ingatan kita dan membandingkan apabila ternyata sama maka kita bisa mengatakan
sesuatu mengenai gejala tersebut atau bisa juga individu mengeluarkan
ingatannya ketika akan menceritakan peristiwa yang dialami.
D.
Implementasi
Kognisi Sosial dalam Kehidupan
1.
Faktor
yang menyebabkan kesalahan dalam kognisi social
Bias negativitas,
yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative.
Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negative akan
memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh: kita diberitahu bahwa dosen yang
akan mengajar nanti adalah orang yang pintar, masih muda, ramah, baik hati,
cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita
justru terpaku pada hal yang negative dan mengabaikan hal-hal positif.
3
Bias optimistic,
yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir
baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih
besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negative dan kemungkinan lebih
kecil untuk mengalami peristiwa negative. Contoh: pemerintah seringkali
mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek
besar—jalan, bandara baru, dsb. hal ini mencerminkan kesalahan perencanaan.
Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi
yang mungkin negative dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru
sudah bersiap menghadapi hal yang buruk (brancing of loss) dan menunjukkan
kebalikan dari pola optimistic: mereka menjadi pesimis.
Kerugian yang
mungkin terjadi akibat terlalu banyak berpikir.
Terkadang terlalu banyak berpikir dapat menyeret kita ke dalam kesulitan
kognoitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai
hal-hal penting adalah penting.
Pemikiran konterfaktual,
yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari
memikirkan “apa yang akan terjadi seandainya…”. Contoh: ketika selamat dari
kecelakaan pesawat, Andi justru memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung
terjun tadi, saya sudah mati pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya
sepeninggalan saya?”, dsb. pemikiran konterfaktual dapat secara kuat
berpengaruh terhadap afeksi kita. Inaction inertia—kelambanan apatis—muncul
ketika individu memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang positif.
Pemikiran magis,
yaitu berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang
rasional. Contoh: supaya ujian lulu, Raju berdoa banyak-banyak dan memakai
banyak cincin.
4
Menekan pikiran,
yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki alam
kesadaran. Proses ini melibatkan 2 komponen, yaitu: proses pemantauan yang
otomatis yang mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang
memaksa untul muncul kea lam kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdeteksi,
proses kedua terjadi, yaitu mencegah agar pikiran tersebut tetap berada di luar
kesadaran tanpa mengganggu pikiran yang lain. Contoh:anti yang ikut program
diet menekan pikirannya akan makanan-makanan manis.
2.
Jalan
Pintas mental
Dalam
upaya memahami sesuatu, individu sering melakukan kesalahan. Kesalahan yang
dilakukan individu antara lain :
a. Berfikir
jalan pintas (heuristic)
Individu
cenderung malas untuk berfikir kompleks sehingga cenderung menyederhanakan
suatu perisiwa yang dialami. Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara :
1) Representasi
·
Individu mengambil
kesimpulan mengenai suatu gejala sosialhanya berdasarkan pada cirri-ciri
tertentu priming.
·
Pengambilan kesimpulkan
berdasarkan pengalaman yang baru saja trjadi atau yang paling dialami.
2) Base
rate fallacy
·
Pengambilan kesimpulan
dengan cara melakukan generalisasi pada sekelompok individu berdasarkan
perilaku individu lain.
·
Keterbatasan informasi
yang tersedia
·
Pengambilan kesimpulan
berdasarkan informasi yag minim.
5
b. Berfikir
illusi (illusory thinking)
Ilusi
dalam konsep psikologi adalah kesalahan dalam memprepsi sesuatu. Dalam
psikologi social, individu sering mengalami kasalahan dalam memprepsi sesuatu
yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pula kognisi social. Berfikir illusi
dapat dibedakan menjadi :
1) Ilusi
tentang korelasi (illusory correlation)
Ilusi
ini terjadi apabila individu menghubungkan dua hal yang tampaknya berhubungan
padahal sebenarnya tidak.
2) Ilusi control (illusory control)
Individu
menganggap seakan-akan dirinya dapat mengendalikan lingkungan.
3) Penilaian
terlalu percaya diri (overconfidence judgement)
Individu
salah memberikan penilaian atau menarik kesimpulan akibat terlalu percaya pada
dirinya sendiri.
E. Hallo Efectt
Biasanya
terjadi pada saat pertemuan pertama kali dengan individu lain, individu
dikaburkan dengan penampilan individu lain sehingga membentuk kesan yang salah
mengenai individu lain tersebut.
Terjadinya hallo effect juga
dikarenakan cara berfikir individu yang cenderung membuat
kategorisasi-kategorisasi mengenai sifat manusia, yaitu kategorisasi
sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk.
6
F. Aspek-aspek lain dalam
kognisi social
Dalam menganalisa dan membuat
kesimpulan, kadang-kadang individu tidak melakukan dengan cara memasukan semua
informasi yang ditangkap, hanya informasi-informasi tertentu yang ditangkap
oleh individu,yaitu :
a.
Memperhatikan yang
konsisten
Individu lebih cenderung memperhatikan yang konsisten untuk membuat
suatu kesimpulan mengenai suatu kejadian social.
b.
Memperhatikan yang
negative
Individu lebih cenderung memperhatikan
hal- hal yang negative saja dari seseorang dan tidak menghiraukan sisi baik
orang lain.
c.
Keraguan karena motivasi
d.
Berfikir kontrafaktual
Individu mengabaikan informasi yang
terbaru yang ia terima dan menyimpulkan sesuatu yang berdasarkan informasi yang
sudah lebih dahulu ada.
e.
Pribadi dan Benda Milik
Individu seringkali juga memberikan
atribusi tertentu kepada orang lain berdasarkan benda-benda yang dia miliki.
Hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa kepribadian seseorang tercermin
dari benda-benda yang ia miliki.
7
3.
Kejadian
social dan dampak tingkah laku
Skema
merupakan komponen dasar kognisi.Skema merupakan struktur mental yang membantu
kita mengorganisasi informasi social,dan menuntun pemrosesannya.skema berkisar
pada sustu tema dan obyek tertentu.dalam otak kita skema merupakan sebuah scenario,yang
memiliki alur.skema di otak kita terbentuk berdasarkan pengalaman yang pernah
kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain.
Skema
menimbulkan efek yang kuat terhadap 3 proses dasar: perhatian atau atensi (attention),
pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval).
Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer
& Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan
sebagai penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan
lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok
dengan skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu
sangat ekstrem. Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam
ingatan—informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam
ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi
apa yang paling siap untuuk diingat—secara umum, orang melaporkan informasi
yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak
konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.
8
Skema juga memiliki kelemahan (segi
negative). Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam
ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman
kita terhadap dunia social. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan
prasangka, dalam pembentukan satu komponen dasar pada stereotip tentang
kelompok-kelompok social tertentu. Skema seringkali sulit diubah—skema memiliki
efek bertahan (perseverance effect), tidak berubah nahkan ketika
menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skjema bisa memberikan efek
pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia
social yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh
efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan
berkata, “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh
ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy)—ramalan
yang membuat ramalan itu sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa
yang minoritas yang menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara
berbeda (kurang positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini
menurun. Stereotip tidak hanya memiliki pengaruh—nsmun bisa melalui efek
pemaastian dirinya, stereotip juga membentuk realitas social.