Global
Warming atau yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan pemanasan global
ialah suatu proses yang ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata permukaan
bumi, laut maupun atmosfer. Matahari memancarkan radiasinya ke bumi menembus
lapisan atmosfer bumi. Radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke angkasa,
namun sebagian gelombang tersebut diserap oleh gas rumah kaca, yaitu Co2, CH4,
N2O, HFCs, dan SF4 yang berada di atmosfer. Sebagai akibatnya gelombang
tersebut terperangkap didalam atmosfer bumi. Peristiwa itu terjadi
berulang-ulang, sehingga menyebabkan suhu rata-rata di permukaan bumi
meningkat. Peristiwa inilah yang sering disebut dengan pemanasan global.
Pemanasan
global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di
seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk serta pertumbuhan teknologi dan
industri. Oleh karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktifitas
manusia yang menyebabkan terjadinya pemanasan global terdiri dari :
1. Efek
Rumah Kaca
Segala
sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana
yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus
sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek
rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari
suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga
es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2.
Efek Umpan Balik
Penyebab
pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah
jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap
air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
akibat gas CO2 sendiri. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan
karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek
umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila
dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra
merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Umpan balik penting lainnya
adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika suhu
global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang
terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di
bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan
cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap
lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan
lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan
balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila
ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
3.
Variasi Matahari
Terdapat
hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan
saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah
kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan
bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua
ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah
berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode
1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan
pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik
dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh
Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade
terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada
tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan”
dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan
kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun terakhir.
Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah
penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Sebagai
sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat
manusia di dunia, termasuk indonesia. Posisi indonesia sebagai negara
kepulauan, menempatkan indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi
terjadinya pemanasan global. Pertama, kenaikan temperatur global, menyebabkan
mencairnya es di kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya
pemuaian massa air laut, dan kenaikan permukaan air laut. Kedua, pergeseran
musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan. Perubahan iklim
mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta
musim kemarau yang panjang. Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak
pada beberapa sektor yaitu :
1. Kehutanan,
terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Kenaikan suhu akan
menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu beradaptasi akan
bertahan bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat. Kebakaran hutan
yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan suhu di sekitar hutan, serta
punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
2. Perikanan,
peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang,
dan matinya terumbu karang sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air
laut meningkat juga memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap
perubahan suhu secara besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin.
3. Pertanian,
pada umumnya semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap perubahan
perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan perubahan
pola curah hujan.
4. Kesehatan,
meningkatkan frekuensi penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk (malaria dan demamberdarah), mewabahnya diare, penyakit kencing tikus
atau leptopirasis dan penyakit kulit.
Ada bermacam
cara memperlambat dampak pemanasan global, cara-cara tersebut umumnya mudah dan
sederhana. Tetapi kurang dilakukan secara serius oleh kebanyakan orang. Padahal
pemanasan global adalah masalah yang serius. Suhu Bumi yang terus meningkat
akan ber efek panjangnya musim kering atau kemarau. Mencairnya gunungan es di
kutub. Naiknya permukaan air laut. Dan sulitnya mencari sumber mata air.
1. Matikan
listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan
standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak
mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil
penyumbang besar emisi).
2. Ganti
bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal,
lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan
lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika
terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk
secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan
timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan
panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam
pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur
pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin
(dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan
kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10.
Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya
berasal dari kayu).
11.
Say no to plastic. Hampir semua sampah
plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat
membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
12.
Sebarkan berita ini kepada orang-orang
di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.
REFERENSI
Santosa,
Kukuh. 2006. Pengantar Ilmu Lingkungan. UNNES Press. Semarang.
Bumi
Makin Panas (booklet). 2004. Diterbitkan oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, JICA dan Yayasan Pelangi.
Indonesia dan Perubahan Iklim (booklet).
Program Iklim dan Energi, WWF-Indonesia. www.wwf.or.id/climate
Climate Change Scenarios for Indonesia
(leaflet). 1999. Diterbitkan oleh
Climatic Research Unit (CRU), UEA, UK dan WWF.
Perilaku Ramah Lingkungan. 2007. Website WWF Indonesia : www.wwf.or.id
www.cahayamu.com/artikel-tentang-global-warming.html/
www.globalwarmingonline.blogspot.com/
0 komentar:
Post a Comment