Thursday 20 November 2014

KOGNISI SOSIAL


A.    Pengertian Kognisi Sosial

Menurut Baron dan Byrne (2000) kognisi social merupakan cara individu untuk menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi mengenai kejadian atau peristiwa-peristiwa social.
Bagaimana cara kita berfikir tentang dunia social, bagaimana cara mencoba kita untuk memahaminya dan bagaimana cara kita memahami diri kita dan tempat kita didalam dunia itu ( Bargh, 1999; Higgins & Kruglanski, 1996 ).
Jadi Kognisi social adalah tatacara kita menginterpretasikan, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social.kognisi social dapat terjadi secara otomatis.

B.     Macam-macam Kognisi Sosial

Dalam kognisi social dikenal istilah skema yang merupakan semacam kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam mengorganisasikan informasi-informasi suatu fenomena yang diperhatikan individu. Terdapat 3 jenis skema yaitu :
a.       Person : gambaran mengenai atribut-atribut atau ciri-ciri dari individu lain atau diri individu itu sendiri.
b.      Roles : gambaran mengenai tugas dan peran individu-individu di sekeliling kita.
c.       Events : gambaran mengenai peristiwa-peristiwa social yang dialami atau dilihat individu sehari-hari.


2
C.    Proses Kognisi Sosial

Kognisi social kita berfungsi secara “otomatis”: cepat tanpa usaha dan tanpa penalaran yang cermat atau logis, karena telah ada skema yang membimbing kita dalam menganalisa suatu peristiwa, terdapat 3 proses, yaitu :
1.      Attention : Proses pertama kali terjadi dimana individu memperhatikan gejala-gejala social yang ada di sekelilingnya.
2.      Econding : memasukkan apa yang diperhatikan kedalam memorinya dan menyimpannya.
3.      Retrieval : Apabila kita menemukan gejala yang mirip kita akan kita akan mengeluarkan ingatan kita dan membandingkan apabila ternyata sama maka kita bisa mengatakan sesuatu mengenai gejala tersebut atau bisa juga individu mengeluarkan ingatannya ketika akan menceritakan peristiwa yang dialami.

D.    Implementasi Kognisi Sosial dalam Kehidupan

1.      Faktor yang menyebabkan kesalahan dalam kognisi social
Bias negativitas, yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative. Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negative akan memiliki pengaruh yang lebih kuat. Contoh: kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar nanti adalah orang yang pintar, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang negative dan mengabaikan hal-hal positif.


3
Bias optimistic, yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik. Kebanyakan orang percaya bahwa mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar dari orang lain untuk mengalami peristiwa negative dan kemungkinan lebih kecil untuk mengalami peristiwa negative. Contoh: pemerintah seringkali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai penyelesaian proyek-proyek besar—jalan, bandara baru, dsb. hal ini mencerminkan kesalahan perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau informasi yang mungkin negative dan memiliki konsekuensi penting, tampaknya ia justru sudah bersiap menghadapi hal yang buruk (brancing of loss) dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic: mereka menjadi pesimis.
Kerugian yang mungkin terjadi akibat terlalu banyak berpikir. Terkadang terlalu banyak berpikir dapat menyeret kita ke dalam kesulitan kognoitif yang serius. Mencoba berpikir sistematis dan rasional mengenai hal-hal penting adalah penting.
Pemikiran konterfaktual, yaitu memikirkan sesuatu yang berlawanan dari keadaan sekarang. Efek dari memikirkan “apa yang akan terjadi seandainya…”. Contoh: ketika selamat dari kecelakaan pesawat, Andi justru memikirkan, “bagaimana bila saya tidak langsung terjun tadi, saya sudah mati pastinya, lalu bagaimana nasib keluarga saya sepeninggalan saya?”, dsb. pemikiran konterfaktual dapat secara kuat berpengaruh terhadap afeksi kita. Inaction inertia—kelambanan apatis—muncul ketika individu memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang positif.
Pemikiran magis, yaitu berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak didasari alasan yang rasional. Contoh: supaya ujian lulu, Raju berdoa banyak-banyak dan memakai banyak cincin.


4
Menekan pikiran, yaitu usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki   alam kesadaran. Proses ini melibatkan 2 komponen, yaitu: proses pemantauan yang otomatis yang mencari tanda-tanda adanya pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untul muncul kea lam kesadaran. Ketika pikiran tersebut terdeteksi, proses kedua terjadi, yaitu mencegah agar pikiran tersebut tetap berada di luar kesadaran tanpa mengganggu pikiran yang lain. Contoh:anti yang ikut program diet menekan pikirannya akan makanan-makanan manis.

2.      Jalan Pintas mental

Dalam upaya memahami sesuatu, individu sering melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan individu antara lain :
a.   Berfikir jalan pintas (heuristic)
Individu cenderung malas untuk berfikir kompleks sehingga cenderung menyederhanakan suatu perisiwa yang dialami. Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara :
1)      Representasi
·      Individu mengambil kesimpulan mengenai suatu gejala sosialhanya berdasarkan pada cirri-ciri tertentu priming.
·      Pengambilan kesimpulkan berdasarkan pengalaman yang baru saja trjadi atau yang paling dialami.
2)      Base rate fallacy
·   Pengambilan kesimpulan dengan cara melakukan generalisasi pada sekelompok individu berdasarkan perilaku individu lain.
·   Keterbatasan informasi yang tersedia
·   Pengambilan kesimpulan berdasarkan informasi yag minim.
5
b.  Berfikir illusi (illusory thinking)
Ilusi dalam konsep psikologi adalah kesalahan dalam memprepsi sesuatu. Dalam psikologi social, individu sering mengalami kasalahan dalam memprepsi sesuatu yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pula kognisi social. Berfikir illusi dapat dibedakan menjadi :
1)   Ilusi tentang korelasi (illusory correlation)
Ilusi ini terjadi apabila individu menghubungkan dua hal yang tampaknya berhubungan padahal sebenarnya tidak.
2)    Ilusi control (illusory control)
Individu menganggap seakan-akan dirinya dapat mengendalikan lingkungan.
3)   Penilaian terlalu percaya diri (overconfidence judgement)
Individu salah memberikan penilaian atau menarik kesimpulan akibat terlalu percaya pada dirinya sendiri.

E.  Hallo Efectt

Biasanya terjadi pada saat pertemuan pertama kali dengan individu lain, individu dikaburkan dengan penampilan individu lain sehingga membentuk kesan yang salah mengenai individu lain tersebut.
              Terjadinya hallo effect juga dikarenakan cara berfikir individu yang cenderung membuat kategorisasi-kategorisasi mengenai sifat manusia, yaitu kategorisasi sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk.


6
F.  Aspek-aspek lain dalam kognisi social

              Dalam menganalisa dan membuat kesimpulan, kadang-kadang individu tidak melakukan dengan cara memasukan semua informasi yang ditangkap, hanya informasi-informasi tertentu yang ditangkap oleh individu,yaitu :
a.       Memperhatikan yang konsisten
        Individu lebih cenderung  memperhatikan yang konsisten untuk membuat suatu kesimpulan mengenai suatu kejadian social.
b.      Memperhatikan yang negative
        Individu lebih cenderung memperhatikan hal- hal yang negative saja dari seseorang dan tidak menghiraukan sisi baik orang lain.
c.       Keraguan karena motivasi
d.      Berfikir kontrafaktual
        Individu mengabaikan informasi yang terbaru yang ia terima dan menyimpulkan sesuatu yang berdasarkan informasi yang sudah lebih dahulu ada.
e.       Pribadi dan Benda Milik
        Individu seringkali juga memberikan atribusi tertentu kepada orang lain berdasarkan benda-benda yang dia miliki. Hal ini terjadi karena adanya anggapan bahwa kepribadian seseorang tercermin dari benda-benda yang ia miliki.




7
3.      Kejadian social dan dampak tingkah laku
Skema merupakan komponen dasar kognisi.Skema merupakan struktur mental yang membantu kita mengorganisasi informasi social,dan menuntun pemrosesannya.skema berkisar pada sustu tema dan obyek tertentu.dalam otak kita skema merupakan sebuah scenario,yang memiliki alur.skema di otak kita terbentuk berdasarkan pengalaman yang pernah kita alami sendiri atau diceritakan oleh orang lain.
Skema menimbulkan efek yang kuat terhadap 3 proses dasar: perhatian atau atensi (attention), pengkodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval). Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer & Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan sebagai penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu sangat ekstrem. Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam ingatan—informasi yang menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam ingatan jangka panjang. Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi apa yang paling siap untuuk diingat—secara umum, orang melaporkan informasi yang konsisten dengan skema mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak konsisten dengan skema juga dapat secara kuat muncul dalam ingatan.


8
Skema juga memiliki kelemahan (segi negative). Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia social. Skema memainkan peran penting dalam pembentukan prasangka, dalam pembentukan satu komponen dasar pada stereotip tentang kelompok-kelompok social tertentu. Skema seringkali sulit diubah—skema memiliki efek bertahan (perseverance effect), tidak berubah nahkan ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skjema bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia social yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan berkata, “kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy)—ramalan yang membuat ramalan itu sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang positif) sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini menurun. Stereotip tidak hanya memiliki pengaruh—nsmun bisa melalui efek pemaastian dirinya, stereotip juga membentuk realitas social.




Resep Cara Membuat Cake/ Kue Bolu Kukus Lapis Dengan Warna-Warni


kali ini kita akan bahas masalah resep kue yang enak bangett pastinya ...... yukk cekidott....

Bahan :
6 butir telur
250 gram gula pasir
275 gram tepung terigu
½ sdt vanili bubuk
200 ml santan kental
3 pewarna makanan secukupnya dan sesuai selera
loyang bulat diameter 25 cm, alasi kertas roti dan dioles margarin
Cara Membuat Cake/ Kue Bolu Kukus Lapis Lembut :
Kocok telur dan gula pasir hingga rata dan mengental. Masukkan tepung terigu, vanili dan santal kental, aduk hingga rata. Bagi adonan menjadi tiga bagian, masing-masing diberi pewarna sesuai selera atau satu bagian dibiarkan putih.
Tuang adonan pertama, kukus hingga 10 menit, angkat lalu tuang adonan berikutnya lalu kukus, terakhir kukus selama 15 menit atau hingga matang, angkat.
Hidangkan bersama minuman hangat akan menambah ke lezatan nya.

BAHAN BAHAN KUE BOLU LAPIS KUKUS


    250 gram gula pasir
    275 gram tepung terigu
    ½ sdt vanili bubuk
    6 butir telur
    200 ml santan kental
    3 pewarna makanan secukupnya dan sesuai selera
    loyang bulat diameter 25 cm, alasi kertas roti dan dioles margarin

CARA MEMBUAT KUE BOLU LAPIS KUKUS :

Kocok telur dan gula pasir hingga rata dan mengental. Masukkan tepung terigu, vanili dan santal kental, aduk hingga rata. Bagi adonan menjadi tiga bagian, masing-masing diberi pewarna sesuai selera atau satu bagian dibiarkan putih.

Tuang adonan pertama, kukus hingga 10 menit, angkat lalu tuang adonan berikutnya lalu kukus, terakhir kukus selama 15 menit atau hingga matang, angkat.

Dan hasilnya sudah siap dihidangkan dengan potongan sesuai selera.

Saturday 15 November 2014

Patah Hati dan Move On


"Seandainya semudah itu untuk menghapus kenangan tentangmu." -Kata Hati Movie
"Pernah nggak, nyoba buang sesuatu tapi sesuatu itu selalu kembali lagi?" -Kata Hati Movie
"Kamu bakal kerepotan membereskan ruang berantakan yang pernah kamu tinggal pergi" -Kata Hati Movie
"Merasa akan kehilangan kamu. Bahkan sebelum sempat merasa pantas memilikimu." -Kata Hati Movie
"Kenapa dia nyakitin gue melulu? Salah gue apa?" -Dealova
"Buat apa laki laki kalo hanya menjajah wanita." - Get Married 2
"Kenangan itu cuma hantu disudut fikir, selama kita cuma diam, selamanya dia tetap jadi hantu. Ga akan pernah jadi kenyataan"-Perahu kertas
"Kenapa harus mencintai orang yang gak bisa mencintai kita dan hanya bisa menyakiti kita?" -Broken Hearts
"Gue capek jadi yang nomor kesekian dalam hidup lo. Lo kayak punya dunia sendiri." -Perahu Kertas
"Otak suka nyari. Mana yang harus diinget, mana yang harus dilupain" - Malaikat Tanpa Sayap
"Kayaknya gue mau lari dari kenyataan nih" - Radio Galau FM
"Gak enak kan hidup sendiri? Sedih, senang, semua dirasakan sendiri" - Cinta Silver
Jatuh Cinta
"Kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia. Kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini" -Habibie & Ainun
"100 itu sempurna, kamu 1 LEBIH sempurna" -Rectoverso
"Mengapa ada yang kurang saat kau tak ada? -Cinta pertama
"Kini aku mau, kamu yg terakhir. Selalu ada di sisi, teduhkan hatiku, hapus air mata sedihku" -Langit ke 7
"Saya ngga mungkin begini terus, melepas kepergian kamu, tanpa tahu kpn kamu akan kembali & apakah kamu mau kembali" -Perahu Kertas
"Di angkasa terukirlah kisah kita, dua manusia yang berjuang demi cinta." -Perahu Kertas
"Kita itu sama-sama bodoh. kalo aku bodoh karna aku gak pernah berani bilang sayang sama kamu." - Kata Hati Movie
"Cuma ada satu orang buat satu orang. Itulah namanya belahan jiwa." -Janji Joni
"Kata orang cinta pertama itu sukar dilupakan" -Puspa Indah Taman Hati (1979)
"Kamu tahu nggak, apa yang lebih indah dari jatuh cinta? Jatuh cinta sama orang yang juga mencintai kita." - Kata Hati Movie
"Aku memiliki sepasang tangan, tetapi tidak bisa selalu melindungimu. Tapi aku memiliki hati, yang selalu berdoa untuk mu."-Cinta Tapi Beda
"Yang penting orang harus berani milih dulu, jadi kita tau jodoh apa tidak." -Alexandria
"Feeling wanita itu kuat, dia bisa tau kalo dia udah nemuin pria yg tepat buat hidupnya dia." -Badai Pasti Berlalu

PENGERTIAN, SKOPE, DAN FUNGSI ADMINISTRASI/MANAJEMEN PENDIDIKAN


1.    Pengertian Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan adalah rencana, pengorganisasian, kurikulum, pengawasan, pengarahan, yang menyangkut bidang pendidikan khususnya diselenggarakan disekolah-sekolah. Administrasi pendidikan atau administrasi sekolah sama saja, namun administrasi pendidikan mencakup administrasi sekolah. keduanya saling berkaitan karena sama-sama memiliki satu tujuan yaitu, memperbaiki bidang pendidikan namun ada juga perbedaannya dimana, administrasi pendidikan memiliki makna yang luas, fungsi administrasi yaitu mencanangkan managemen pendidikan agar sesuai dengan rencana yang ingin dicapai, selain itu dapat meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan, mengumpulkan data dan informasi-informasi yang diperlukan.

2.    Skope Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan dapat meliputi :
1.) Tata Usaha, 2.) Guru , 3.) Siswa, 4.) Kurikulum, 5.) Sarana dan Prasana, 6.) Humas, 7.) Supervisi Pengajaran

3.    Fungsi Administrasi Pendidikan
Fungsi-fungsi pokok administrasi pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut : A)   Perencanaan yaitu Dimana suatu kegiatan yang harus dilakukan harus sesuai tujuan yang diinginkan, dan itupun harus dilakukan pada permulaan dan selama kegiatan administrasi itu berlangsung. B)   Pengorganisasian Ialah tugas utama bagi para kepala sekolah, dimana kepala sekolah harus memiliki kecakapan, keterampilan, dan tanggung jawab. C)   Pengoordinasian Ialah untuk mengatasi batas-batas perencanan maupun batas-batas personel. D)   Komunikasi Yaitu dimana suatu program atau rencana dilaksanakan dengan aktivitas menyebarkan dan menyampaikan gagasan-gagasan keseluruh sturktur organisasi. E)   Supervisi Yaitu pengawasan, dimana pendidikan memerlukan pengawasan yang bertanggung jawab tentang kefektifan program itu. F)    Kepegawaian, Kepegawaian ini sangat penting, karena aktivitas kepegawaian ialah menentukan, memilih, menempatkan, dan membimbing personel. G)   Pembiayaan Dimana semua perencenaan membutuhkan pembiayaan demi kelancaran berjalanya suatu organisasi. H)   Penilaian Sebuah penilaian menjadi sangat penting sebagai aktivitas untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan di dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Saturday 27 September 2014

Kajian tentang Masalah-masalah dan Isu-Isu Global

Kajian tentang Masalah-masalah dan Isu-Isu Global

   Setiap hari, sebagian dari hidup kita dibombardir oleh masalah-masalah dan isu-isu internasional. Apabila para remaja memahami tentang dunianya, maka pendidikan harus dikaitkan dengan hasil penelitian tentang sebab-sebab, akibat-akibat dan kemungkinan penyelesaian tentang isu-isu global saat ini. Seperti dalam kajian sistem, para siswa harus mengetahui bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka berhak mengetahui bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari isu-isu dan masalah-masalah global dan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi dalam proses penyelesaian itu.
    Berikut ini ciri isu-isu dan masalah-masalah global diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalahnya melintasi lebih dari satu negara.
2. Isu-isu dan masah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan multilateral yaitu penyelesaian dan perbaikan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan satu negara. Realitas ini mengantarkan pada karakteristik isu global
3. Bahwa tingkat konflik itu ada di dalam ciri pertama maupun ciri kedua. Konflik ini berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah, dalam membedakan nilai dan tujuan tentang hakikat dan sebab masalah, dalam membedakan nilai dan tujuan tentang hasil dan cara, dan dalam kesulitan menemukan tindakan yang tepa yang diperlukan untuk menjamin hasil yang diharapkan.
4. Masalah dan isu-isu ini mempunyai sifat terus-menerus (persistence). Masalah dan isu ini telah berkembang sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan.
5. Isu dan maslah ini terkait dengan hal lain. Pada umumnya, penyelesaian pada satu masalah akan mempunyai pengaruh pada beberapa faktor lainnya.

    Menurut Carlos Diaz, Massialas, dan Xanthopoulus (1999) mengidentifikasi hal-hal yang menjadi isu-isu global yakni meliputi hak asasi manusia, pertumbuhan penduduk, pengungsi, lingkungan hidup, sumber energi, kesehatan dan nutrisi, ekonomi global dan keamanan global. Menurut Korten (1993:363) adanya kecenderungan global yang meliputi masalah-masalah: ekologi, luasnya kemiskinan, tindak kekerasan komunal, obat terlarang, pertumbuhan penduduk, pengungsi, perdagangan dan hutang. Ditegaskan Korten, bahwa masalah-masalah tersebut merupakan masalah kritis yang dihadapi dalam kehidupan global. Berdasarkan pandangan ahli di atas, betapa luasnya cakupan isu-isu global tersebut. Sehingga dalam penanganannya membutuhkan upaya yang optimal dari berbagai bangsa di seluruh belahan dunia ini. Penanganan yang parsial terhadap isu-isu global tersebut dipandang tidak efektif dalam memecahkan problem sosial yang timbul akibat isu-isu global tersebut.
    Untuk memahami isu-isu global, maka hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara, maupun bangsa di seluruh penjuru dunia ini adalah pentingnya kesadaran global (global consciousness). Pada dasarnya kesadaran global ini berhulu-muara kepada kemampuan warga negara untuk secara sadar dan kritis dalam menerima atau menanggapi isu-isu global tersebut. Dalam kaitan ini, dalam pandangan kami, kasadaran global yang harus dikonstruk atau dibangun adalah kesadaran akan pentingnya memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mendukung untuk menanggapi atau mengkritisi isu-isu global yang muncul ke permukaan.
    Secara rinci, dapat diidentifikasi beberapa bentuk perwujudan atau manifestasi kesadaran global yang harus ditingkatkan yaitu :
1. Isu global merupakan suatu keniscayaan, yang terjadi sebagai akibat perkembangan kehidupan manusia, bangsa maupun negara.
2. Isu global tidak semata-mata untuk diketahui, melainkan harus dipecahkan jalan keluarnya atau solusi agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas pada kehidupan masyarakat.
3. Dalam memecahkan masalah isu global itu, mensyaratkan adanya kerjasama yang bersifat integratif diantara berbagai elemen masyarakat serta bangsa.

    Dengan kata lain, tidak semata-mata menggantungkan kepada upaya-upaya pemecahan yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Patut disadari, tidaklah mudah untuk mengembangkan kesadaran global tersebut, mengingat latar belakang serta kepentingan orang yang sangat beragam atau berbeda antara satu dengan lainnya. Di samping itu, terdapat masalah lain yang sangat mempengaruhi pembinaan kesadaran global yakni berkenaan dengan kondisi atau situasi yang kurang mendukung kearah pembinaan kesadaran global tersebut, seperti kondisi politik, kondisi ekonomi, keamanan, dan sebagainya.

Tuesday 3 June 2014

kajian kurikulum 2013 IPA SD

      Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks. Pandangan dasar tentang pembelajaran adalah bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam pikirannya, agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya. Guru dapat memberikan kemudahan dalam proses belajar, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Bagi peserta didik pembelajaran harus dirubah dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”. Peserta didik harus didorong sebagai “penemu dan pemilik” ilmu, bukan sekedar pengguna atau penghafal pengetahuan.
     Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik membangun pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Jadi, pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya.
    Peran guru dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) menggunakan kurikulum 2013 adalah memberikan tugas menantang berupa permasalahan yang harus dipecahkan peserta didik. Pada saat tugas itu diberikan, peserta didik belum menguasai cara pemecahannya, namun dengan berdiskusi dengan temannya dan bantuan guru, tugas tersebut dapat diselesaikan. Dengan menyelesaikan tugas tersebut, kemampuan-kemampuan dasar untuk menyelesaikan tugas itu akan dikuasai peserta didik.
     Guru IPA harus memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi dari berbagai bentuk kerja sama halnya untuk menyelesaikan tugas iyang diberikan. Selain itu, guru memberikan sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, selanjutnya peserta didik mengambil alih tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan guru tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apapun yang lain yang memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri. Sekali lagi, bantuan tersebut tidak bersifat “memberitahu secara langsung” tetapi “mendorong peserta didik untuk mencari tahu”.
     Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip. Guru IPA harus mampu memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif atau kolaboratif sehingga peserta didik mampu bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan masalah tanpa takut salah. Media dan sumber belajar lainnya digunakan guru untuk memberi bantuan peserta didik melakukan eksplorasi dalam bentuk mengamati (observing), menghubung-hubungkan fenomena (associating), menanya atau merumuskan masalah (questioning), dan melakukan percobaan (experimenting) atau pengamatan.
     Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok dalam bentuk presentasi lisan atau tertulis, pameran, turnamen, festival, atau ragam penyajian lainnya yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
     Dalam kurikulum 2013 KD (Kompetensi Dasar) IPA diorganisasikan ke dalam empat Kompetensi Inti (KI) yaitu :
1. Berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial.
3. Berisi tentang pengetahuan terhadap materi ajar.
4. Berisi tentang penyajian pengetahuan.
    Kompetensi Inti pertama, Kompetensi Inti kedua, dan Kompetensi Inti keempat harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam Kompetensi Inti yang ketiga. Kompetensi Inti pertama dan Kompetensi Inti kedua tidak diajarkan langsung (direct teaching), tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
    Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena Dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahai konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.  

Monday 2 June 2014

Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap Sosial

1. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan pengaruh terhadap dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. Misalnya, orang yang sangat haus, akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang lain. 2. Faktor ekstrn, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa intraksi sosial di luar kelompok. Misalnya, interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya. Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungan dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antara individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio televisi dan sebagainya. Terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua saudara-saudara di rumah memiliki peranan yang penting.

Puisi : Bintang

kali ini saya akan membagikan sebuah puisi. entah darimana inspirasi itu tiba-tiba muncul gitu aja jadi dari pada kelamaan mending langsung aja cekidottt !!

BINTANG

Bintang.............. Dimanakah kamu
Kemanakah sinarmu itu
Yang selalu menyinari hidupku
Sampaikan rasa rinduku

Bintang.............. Aku kini telah jatuh
Aku ingin tenang
Tanpa ada yang menggangguku
Aku rindu cahayamu yang terang

Bintang............... sampaiakan salamku
Kalau aku akan kembali lagi
Disaaat senja menutup mataku
Aku akan menjadi abadi

Okey... gimana guys cerpennya?? sampai disini dulu yah tunggu cerpen cerpen yang lainnya jangan bosen untuk mampir di blog ini ... SEE YOU... 

Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA SD

Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 telah ditetapkan, bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

     Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda /materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 

Friday 23 May 2014

Pendekatan Inkuiri untuk Siswa SD

   Inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan masalah dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Depdiknas (2002:2) menyatakan, melalui model pendekatan inkuiri, guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang sebelumnya diyakini siswa dengan bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih sainstifik melalui proses eksplorasi atau pengujian gagasan baru. Pendekatan inkuiri dapat digunakan dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar, karena dalam proses pembelajarannya dapat dilakukan dengan melalui metode tanya jawab antara guru dan siswa atau dapat pula dengan berbagai metode lainnya seperti metode diskusi dan eksperimen. Meskipun inkuiri dipandang sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif dalam pengajaran IPS, tetapi penggunaannya hendaknya disesuaikan dengan sifat dan tujuan yang hendak dicapai. Artinya tidak semua pengajaran IPS harus di “inkuirikan”. Pendekatan inkuiri akan efektif jika pengajaran itu bertujuan mengembangkan kognitif, sebaliknya pendekatan ini kurang cocok jika pengajaran itu bermaksud menyampaikan informasi. Pengertian kognitif yang dibangun melalui pendekatan inkuiri akan tertanam secara mantap dalam pikiran dan proses pencapaiannya itu sendiri akan meninggalkan kesan yang amat berharga bagi pelakunya. Dengan latihan yang secara teratur, diharapkan pengalaman itu akan menjadi keterampilan yang selanjutnya akan menimbulkan sikap percaya pada diri sendiri setiap kali menghadapi kenyataan atau masalah yang sulit. Nilai instrinsik penggunaaan pendekatan inkuiri adalah orang menjadi tabah dalam menghadapi suatu masalah, karena ia tahu mencari jalan keluar dengan cara yang sudah biasa ia lakukan. Setiap kali ia menghadapi situasi yang sulit ia akan segera berusaha meneliti, menganalisis data yang bersangkutan, dan kemudian menyusun bagaimana cara mengatasi ataupun memecahkan masalah tersebut. Namun demikian, jangan menganggap bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri pasti bermakna bagi siswa. Agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat bermakna, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, adalah :
1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswa-siswanya dapat belajar dan bertindak berdasarkan kepercayaan pada diri sendiri dalam suasana bebas yang artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi, serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri walaupun mungkin salah menurut gurunya.
2. Memerlukan motivasi tinggi. Siswa memerlukan tantangan yang memerlukan pemikiran, menimbulkan keinginan untuk tahu, perlu diadakan “study trip” untuk memperoleh informasi dan pengalaman. Selain itu, harus disediakan bacaan yang menarik, serta sumber yang cukup luas yang mewakili berbagai pandangan dan pendapat.
3. Pendekatan inkuiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi, dan studi kasus.
    Ada 5 tahap dalam pelaksanaan inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori, yaitu:
1. Tahap pertama, guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri kepada siswa. Guru harus menjelaskan tentang tujuan dan proses pelaksanaan inkuiri dengan “yes and no questions”, artinya pertanyaan hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya hanya “ya” dan “tidak”. Maksudnya adalah agar siswa berpikir lebih teliti, dengan demikian menghindarkan siswa dari beban pemikiran, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (open-ended) dari guru. Pelaksanaan inkuiri dapat dimulai dengan masalah, ide, atau pikiran yang sederhana, utamanya adalah siswa mendapat pengalaman proses berpikir secara inkuiri.
2. Tahap kedua, adalah verifikasi, yaitu siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab “ya” atau “tidak”.
3. Tahap ketiga, melakukan eksperimentasi, siswa mengajukan faktor atau unsur baru ke dalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda. Eksperimen mempunyai dua fungsi, yaitu eksplorasi dan menguji langsung. Eksplorasi adalah merubah sesuatu untuk melihat apa yang akan terjadi dan tidak perlu bimbingan teori atau hipotesis. Sedangkan, menguji langsung terjadi bila siswa melakukan uji coba teori atau hipotesis. Proses merubah hipotesis kedalam eksperimentasi itu tidak mudah dan perlu latihan atau praktik. Selanjutnya, guru harus memperdalam proses inkuiri siswa dengan memperluas jenis-jenis informasi yang diperoleh. Dalam proses verifikasi siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang benda (objects), sifat (properties), kondisi (conditions), dan peristiwa (events). Pertanyaan tentang benda, dimaksudkan untuk menentukan sifat alami atau identitas benda. Contoh: Apakah pembuangan limbah industri dapat menyebabkan pencemaran air di lingkungan sekitar?. Pertanyaan tentang peristiwa dimaksudkan untuk memverifikasi kejadian atau keadaan dari suatu peristiwa. 4. Tahap keempat, guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya data tersebut setelah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya. Tahap kelima, siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Dalam hal ini siswa boleh mengevaluasi tentang pertanyaan yang diajukan guru apakah efektif atau tidak, mungkin ada informasi penting tetapi siswa tidak tahu cara memperolehnya sehingga data atau informasi tersebut tidak ditemukan. Analisis dari siswa ini penting karena menjadi dasar pelakasanaan inkuiri berikutnya, artinya guru harus memperbaiki kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang telah dilakukan.   

Kemampuan Berfikir untuk Siswa SD

Menurut Savage dan Amstrong berikut kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) :
1. Kemampuan berpikir kreatif (creative thinking)
2. Berpikir kritis (critical thinking)
3. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Langkah-langkah proses pembelajaran problem solving, yaitu mengenali adanya masalah, mencari alternatif pendekatan untuk memecahkan masalah itu, memilih dan menerapkan pendekatan, dan mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
4. Kemampuan mengambil keputusan (decision making). Langkah-langkah proses pembelajaran dengan pendekatan decision making :
    a. Mengenal persoalan atau masalah dasar.
    b. Memberi jawaban alternatif kemudian mendeskripsikan bukti yang menjawab setiap alternatif.
    c. Mengenal nilai yang tersirat pada setiap alternatif.
   d. Mendeskripsikan kemungkinan akibat yang muncul ketika memilih setiap alternatif.
   e. Membuat pilihan dari semua alternatif.
   f. Mendeskripsikan bukti dan nilai yang digunakan dalam membuat pilihan

Upaya Pembaharuan Pembelajaran IPS di Indonesia

1. Pembaharuan kurikulum Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
          dalam sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum tahun 1975. Sebelumnya, pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan mneggunakan istilah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Pembaharuan kurikulum IPS di Indonesia diantaranya :
a. Kurikulum 1964 menggunakan istilah Pendidikan Kemasyarakatan. Ada dua kelompok mata pelajaran, ialah kelompok dasar yang terdiri atas Sejarah Indonesia dan Geografi Indonesia, Bahasa Indonesia dan Civics dan kelompok cipta yang terdiri atas Sejarah Dunia dan Geografi Dunia. Kemudian digabungkan yang selanjutnya berubah menjadi Pendidikan Kewargaan Negara yang merupakan korelasi dari ilmu bumi, sejarah dan pengetahuan kewargaan negara.
b. Pada tahun 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran sebagai akibat perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran di sekolah dibedakan menjadi pendidikan jiwa Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar dan pembinaan kecakapan khusus.
c. Pada tahun 1975, lahirlah Kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga jenis pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan pendidikan keahlian khusus. Dalam Kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan perpaduan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Selain mata pelajaran IPS, pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri ialah Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam Kurikulum 1975, IPS termasuk kelompok pendidikan akademis sedangkan PMP termasuk kelompok pendidikan umum. Namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai misi menyampaikan nilai-nilai berdasarkan filsafat Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian mata pelajaran IPS pun berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP.
d. Menjelang adanya perbaikan Kurikulum 1975, tahun 1980 muncul bidang studi PSPB, gagasan dari Mendikbud mata pelajaran ini hampir sejenis dengan IPS Sejarah dan PMP. Upaya perbaikan Kurikulum IPS 1975 (KYD) baru terwujud pada tahun 1984.
e. Kurikulum IPS 1984 pada hakikatnya menyempurnakan atau memperbaiki kelemahan-kelmahan Kurikulum 1975. Ditinjau dari segi pendekatan (metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan integrative dan structural untuk IPS SMP dan pendekatan disiplin terpisah (separated disciplinary approach) untuk SMA. Sedangkan pendekatan untuk IPS Sekolah Dasar (SD) lebih mirip menggunakan integrative (integrated approach).
f. Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Dalam Kurikulum 1994 dinyatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. Untuk IPS SD, bahan kajian pokok dibedakan atas dua bagian, ialah pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan bahan kajian sejarah mencakup perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam Kurikulum IPS Sekolah Dasar 1994 dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni dalam metode dan penilaian. Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran umum bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar hendaknya para guru menerapkan prinsip belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu yang terakhir ini, menunjukkkan bahwa Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau kekuasaan otonom yang cukup besar terhadap guru.
g. Memasuki Abad 21 yang ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala aspek kehidupan khususnya perubahan dalam bidang politik, hukum, dan kondisi ekonomi telah menimbulkan perubahan ekonomi yang sangat signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2003 disahkanlah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia. Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun, pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
h. Ketentuan tentang implikasi dari peraturan perundangan tersebut adalah dikeluarkannya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa, yaitu perlunya pendidikan kewarganegaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.

2. Pembaharuan KBM IPS
merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dnegan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang. 3. Hambatan Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia Namun tugas besar dari pembelajaran IPS tersebut ternyata tidak berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini Karena adanya beberapa hambatan yang menjadikan pembelajaran IPS tidak berhasil bahkan cenderung membosankan, yaitu:
a. Sebagian besar guru IPS belum terampil menggunakan beberapa model mengajar yang dapat merangsang motivasi belajar siswa.
b. Ketersediaan alat dan bahan belajar di sebagian besar sekolah ikut mempengaruhi proses belajar IPS.
c. Proses belajar mengajar IPS masih dilakukan dalam bentuk pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik hanya memperoleh hasil faktual saja dan tidak mendapat hasil proses. 

Sunday 13 April 2014

Pendekatan Pembelajaran Teacher Centered

Teacher-centered approach adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan keterampilan (Smith, dalam Sanjaya, 2008: 96). Cara pandang bahwa pembelajaran (mengajar) sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan ini memili beberapa ciri sebagai berikut:
1.      Dalam TCA gurulah yang harus menjadi pusat dalam KBM
Dalam TCA, guru memegang peran sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswa? Apa yang harus dikuasai siswa, semua tergantung guru. Bahkan seorang guru di TCA memiliki hak legalitas keabsahan pengetahuan (yang benar itu seperti yang dikatakan guru). Oleh karena begitu pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak mungkin ada pembelajaran apabila tidak ada guru. Sehubungan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru, yaitu: guru sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan sebagai evaluator.
2.      Siswa ditempatkan sebagai objek belajar
Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat. Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
3.      Kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu
Misalnya dengan penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya tempat yang telah ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal, siswa duduk di bangku berjejer, dan guru didepan kelas. Demikian juga hanya dalam waktu yang diatur sangat ketat. Misalnya manakala waktu belajar satu materi tertentu telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti bagian-bagian yang terpisah, seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu dengan lainnya.
4.      Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejuah mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari materi pelajaran yang disampaikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri merupakan pengelaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis, kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu harus dikuasai siswa. Kadang-kadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya mempelajari bahan tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.



Pendekatan Pembelajaran Student Centered

Rogers (Fairuzabadi, 2010) menyatakan bahwa, Pendekatan Student Centered Learning  merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten. Harden dan Crosby (Fairuzabadi, 2010) mengemukakan bahwa “SCL menekankan pada Mahasiswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru”. Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa pendekatan Student Centered Learning (SCL) adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda dari model belajar Instructor-Centered Learning yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif.
Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Landasan teori SCL adalah teori konstruksivistik yang berasal dari teori belajar menurut Piaget (1983), Jhon Dewei (1933) dan Burner (1961) yang menekankan proses pembelajaran pada perubahan tingkah laku peserta didik itu sendiri dan mengalami langsung bagaimana membentuk konsep belajar dan memahami.
SCL adalah merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1.    Peserta didik belajar secara individu maupun kelompok untuk membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkan secara aktif tidak hanya asal menerima pengetahuan secara pasif.
2.    Pendidik atau guru membantu peserta didik mengakses informasi, menata dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Peserta didik tidak hanya kompeten dalam bidang ilmu yang diterimanya tetapi juga kompeten dalam belajar. Dengan kata lain peserta didik tidak hanya menguasai mata pelajaran tetapi mereka juga mampu untuk belajar bagaimana belajar (how to learn).
4.    Belajar di maknai sebagai belajar sepanjang hayat, suatu ketrampilan dalam dunia kerja
5.    Belajar termasuk di dalamnya adalah memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai sumber informasi pembelajaran maupaun sebagai alat memberdayakan peserta didik dalam mencapai ketrampilan yang utuh secara intelektual, emosional dan psikomotorik yang dibutuhkan.

Guru-guru yang menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa cenderung menciptakan lingkungan pembelajaran dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Suasana kelas yang hangat, mendukung
Dalam susana ini, guru mengijinkan siswa untuk mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa, maka siswaakan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.
2.    Siswa diminta untuk hanya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat
Guru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh siswa jika mereka mengerjakan apa yang diminta oleh guru. Informasi ini akan menjadi berguna jika secara langsung dikaitkan dengan ketrampilan hidup yang diperlukan siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dan guru meyakini bahwa hal itu sungguh bermanfaat atau diperlukan oleh siswa ketika mereka nanti menjadi mahasiswa.
3.    Siswa selalu diminta untuk mengerjakan yang terbaik yang mereka dapat lakukan
Kondisi kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah pengetahuan siswa tentang gurunya dan apa yang diharapkannya serta keyakinannya bahwa guru memberikan kepedulian untuk membantunya, keyakinan bahwa tugas yang diberikan guru itu selalu bermanfaat, keinginan yang kuat untuk berusaha dengan sekuatnya untuk mengerjakan tugasnya sebaik-baiknya, dan mengetahui bagaimana pekerjaannya itu akan dievaluasi dan ditingkatkan kualitasnya.
4.    Siswa diminta untuk mengevaluasi pekerjaannya
Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas pekerjaan yang telah dilakukan oleh para siswa, semua siswa harus mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan dievaluasi, berdasarkan hasil eveluasi itulah siswa tahu bagaimana kualitas pekerjaannya dapat ditingkatkan serta dapat mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.
5.    Kualitas pekerjaan yang baik selalu menimbulkan perasaan senang
Para siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan pekerjaan yang berkualitas baik, dan demikian pula dengan orangtuanya serta gurunya. Perasaan senang ini juga merupakan insentif untuk meningkatkan kualitas.
6.    Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah destruktif
Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah dicapai melalui pekerjaan yang merusak seperti misalnya menggunakan Narkoba (meskipun kadang dirasa menimbulkan rasa senang) atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan, dsb.