Depdikbud
(1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara
untuk mendekati sesuatu”. Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998:
25) bahwa, “pendekatan pembelajaran diartikan model pembelajaran”. Sedangkan
pembelajaran menuzut H.J. Gino dkk. (1998:32) bahwa, “pembelajaran atau
intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar”. Sukintaka (2004: 55) bahwa, “pembelajaran
mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta
didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik
mempelajarinya”.
Pendekatan
pembelajaran sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. pengembangan
pendidikan seumur hidup harus berlandaskan pada 4 pilar. (Delors, 1996):
1. Belajar
Mengetahui ( Learning To Know )
memadukan
antara kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukup luas dengan
kesempatan untuk bekerja pada sejumlah subyek yang lebih kecil secara lebih
mendalam. Dalam tahap ini, kesempatan untuk mengembangkan sikap dan cara
belajar untuk belajar (Learning to learn) lebih penting daripada sekedar
memperoleh informasi. Peserta didik bukan hanya disiapkan untuk dapat menjawab
permasalahan dalam jangka dekat, tetapi untuk mendorong mereka untuk memahami,
mengembangkan rasa ingin tahu intelektual, merangsang pikiran kritis serta
kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, agar dapat menjadi bekal
sepanjang hidup. Belajar jenis ini dapat dilakukan melalui kesempatankesempatan
berdiskusi, melakukan percobaan-percobaan di laboratorium, menghadiri pertemuan
ilmiah serta kegiatan ekstrakurikuler atau berorganisasi.
2. Belajar Berbuat ( Learning To Do
)
Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk tidak hanya memperoleh ketrampilan kerja,
tetapi juga memperoleh kompentensi untuk menghadapi pelbagai situasi serta
kemampuan bekerja dalam tim, berkomunikasi, serta menangani dan menyelesaikan
masalah dan perselisihan. Termasuk didalam pengertian ini adalah kesempatan
untuk memperoleh pengalaman dalam bersosialisasi maupun bekerja di luar
kurikulum seperti magang kerja, aktivitas pengabdian masyarakat, berorganisasi
serta mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dalam konteks lokal maupun nasional,
ataupun dikaitkan dengan program belajar seperti praktek kerja lapangan, kuliah
kerja nyata atau melakukan penelitian bersama.
3. Belajar
Hidup Bersama ( Learning To Life together )
Mengembangkan
pengertian atas diri orang lain dengan cara mengenali diri sendiri serta
menghargai ke-saling-tergantung-an, melaksanakan proyek bersama dan belajar
mengatasi konflik dengan semangat menghargai nilai pluralitas, saling-mengerti
dan perdamaian. Kesempatan untuk menjalin hubungan antara pendidik dan peserta
didik, dorongan dan penyediaan waktu yang cukup untuk memberi kesempatan
bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan budaya, olahraga, serta
keterlibatan dalam organisasi sosial maupun profesi diluar kampus.
4. Belajar
menjadi seseorang ( Learning To Be )
Mengembangkan
kepribadian dan kemampuan untuk bertindak secara mandiri, kritis, penuh
pertimbangan serta bertanggung jawab. Dalam hal ini pendidikan tak bisa
mengabaikan satu aspek pun dari potensi seseorang seperti ingatan, akal sehat,
estetika, kemampuan fisik serta ketrampilan berkomunikasi. Telah banyak diakui
bahwa sistem pendidikan formal saat ini cenderung untuk memberi tekanan pada
penguasaan ilmu pengetahuan saja yang akhirnya merusak bentuk belajar yang
lain. Kini telah tiba saatnya untuk memikirkan bentuk pendidikan secara
menyeluruh, yang dapat menggiring terjadinya perubahan–perubahan kebijakan
pendidikan di masa akan datang, dalam kaitan dengan isi maupun metode.
0 komentar:
Post a Comment