1. Strategi Penyampaian Fakta
Jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk
jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama
lambang atau simbol, dsb.) strategi yang tepat untuk mengajarkan materi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sajikan materi fakta dengan lisan,
tulisan, atau gambar.
b. Berikan bantuan kepada siswa untuk
menghafal.
Bantuan
diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan
ingatan, jembatan keledai, atau mnemonics, asosiasi berpasangan, dsb. Bantuan
penyampaian materi fakta secara bermakna, misalnya menggunakan cara berpikir
tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh, untuk menghafal jenis-jenis
sumber belajar digunakan cara berpikir: Apa, oleh siapa, dengan menggunakan
bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa? Berdasar kerangka berpikir
tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan manjadi: Pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Bantuan mengingat-ingat jenis-jenis sumber
belajar tersebut menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics)
menjadi POBATEL (Pesan, orang bahan, alat, teknik, lingkungan).
Bantuan
menghafal berupa asosiasi berpasangan (pair association) misalnya untuk
mengingatingat di mana letak stalakmit dan stalaktit pada pelajaran sains.
Apakah stalaktit di atas atau di bawah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
pasangkan huruf T pada atas, dengan T pada titnya stalaktit. Jadi stalaktit
terletak di atas, sedangkan stalakmit terletak di bawah.
Contoh
lain penggunaan jembatan keledai atau jembatan ingatan: (1) PAO-HOA (Panas
AprilOktober, Hujan Oktober - April). (2) Untuk menghafal nama-nama bulan yang
berumur 30 had digunakan AJUSENO (April, Juni, September, Nopember).
2.
Strategi Penyampaian Konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa
definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham,
dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,
menggeneralisasi, dsb. Langkah-langkah mengajarkan konsep:
Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri
pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya
berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima
berikan tes. Contoh:
Penyajian
konsep tindak pidana pencurian
a.
Langkah 1: Penyajian konsep
Sesuai
pasal 362 KUHP, "Barang siapa dengan sengaja mengambil barang milik orang
lain dengan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki dihukum dengan hukuman
penjara sekurang-kurangnya ... tahun."
b.
Langkah 2: Pemberian bantuan
1) Murid dibantu untuk menghafal konsep
dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap konsep yang
dipelajari (dalam hal ini Pasal pencurian).
2) Tunjukkan unsur-unsur pokok konsep
tindak pidana pencurian, yaitu: Mengambil barang (bernilai ekonomi), Barang itu
milik orang lain, Dengan melawan hukum (tanpa seijin yang empunya) , Dengan
maksud dimiliki (mengambil uang untuk jajan).
Contoh
positip: Wawan malam hari masuk pekarangan Ali dengan merusak pintu pagar
(sengaja) mengambil (melawan hukum) material bangunan berupa besi beton (barang
milik orang lain), kemudian dijual, uangnya untuk membeli beras (dengan maksud
dimiliki). Contoh negatif/salah (bukan contoh tapi mirip): Badu meminjam sepeda
Gani tidak dikembalikan melainkan dijual uangnya untuk membeli makan. Dari
contoh negatif atau contoh yang salah ini, unsur-unsur "sengaja mengambil
barang milik orang lain dengan maksud dimiliki" terpenuhi, tetapi ada satu
unsur yang tidak terpenuhi, yaitu "melawan hukum", karena
"meminjam". Jadi pengambilan barang seijin yang empunya. Karena itu
perbuatan tersebut bukan termasuk tindak pidana pencurian, melainkan
penggelapan.
c.
Langkah 3: Latihan
Pertama-tama murid diminta menghafal dengan kalimat sendiri
(hafal parafrase) Kemudian murid diminta memberikan contoh kasus pencurian lain
selain yang dicontohkan oleh guru untuk mengetahui pemahaman murid terhadap
materi tindak pidana pencurian.
d.
Langkah 4: Umpan balik
Berikan umpan balik atau informasi apakah murid benar atau
salah dalam'memberikan contoh. Jika benar berikan konfirmasi, jika salah
berikan koreksi atau pembetulan.
e.
Langkah
5: Tes
Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah
paham terhadap materi tindak pidana pencurian. Soal tes hendaknya berbeda
dengan contoh kasus yang telah diberikan pada saat penyempaian konsep dan soal
latihan untuk menghindari murid hanya hafal tetapi tidak paham.
3.
Strategi Penyampaian materi
pembelajaran prinsip
Termasuk
materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat,
teorema, dsb. Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran
jenis prinsip adalah :
a. Sajikan prinsip
b. Berikan bantuan berupa contoh penerapan
prinsip
c. Berikan soal-soal latihan
d. Berikan umpan balik
e. Berikan tes.
Contoh:
Cara
mengajarkan rumus menghitung luas bujur sangkar dengan tujuan agar siswa mampu
menerapkan rumus tersebut.
1)
Langkah 1: Sajikan rumus
Rumus menghitung luas bujur sangkar adalah: Sisi X Sisi atau
sisi kuadrat.
2)
Langkah 2: Memberikan bantuan
Berikan bantuan cara menghafal rumus dilengkapi contoh
penerapan rumus menghitung luas bujur sangkar. Misalnya sebuah karton bangun
bujur sangkar dengan panjang sisi 30 cm.
Rumus: Was bujur sangkar = S X S.
Was karton adalah 30 X 30 X 1 cm2 = 900 cm2.
3)
Langkah 3: Memberikan latihan
Berikan soal-soal latihan penerapan rumus dengan
bilangan-bilangan yang berbeda dengan contoh yang telah diberikan. Misalnya
selembar kertas panjangnya berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 40 cm.
Hitunglah luasnya.
4)
Langkah 4: Memberikan umpan balik
Beritahukan
kepada siswa apakah jawaban mereka betul atau salah. Jika betul berikan
penguatan atau konfirmasi. Misalnya, "Ya jawabanmu betul". Jika salah
berikan koreksi atau pembetulan.
5) Langkah 5:
Berikan tes
Berikan
soal-soal tes secukupnya menggunakan bilangan yang berbeda dengan soal latihan
untuk meyakinkan bahwa siswa bukan sekedar hafal soal tetapi betul-betul
menguasal care menghitung luas bujur sangkar.
4.
Strategi Penyampaian Prosedur
Tujuan
mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan
prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah
mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkah-langkah menyetel
televisi. Langkah-langkah
mengajarkan prosedur meliputi:
a. Menyajikan prosedur
b. Pemberian bantuan dengan jalan
mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur
c. Memberikan latihan (praktik)
d. Memberikan umpan balik
e. Memberikan tes.
Contoh:
Prosedur
menelepon di telepon umum koin. Langkah-langkah mengajarkan prosedur:
1)
Langkah 1: Menyajikan prosedur
Sajikan langkah-langkah atau prosedur menelpon dengan
menggunakan bagan arus (flow chart)
2)
Langkah 2: Memberikan bantuan
Beri
bantuan agar murid hafal, paham, dan dapat menelpon dengan jalan
mendemonstrasikan cara menelepon.
3) Langkah 3:
Pemberian latihan
Tugasi siswa praktik berlatih cara menelpon.
4)
Langkah 4: Pemberian umpan balik
Beritahukan
apakah yang dilakukan siswa dalam praktik sudah betul atau salah. Beri
konfirmasi jika betul, dan koreksi jika salah.
5)
Langkah 5: Pemberian tes
Berikan
tes dalam bentuk "do it test", artinya siswa disuruh praktik, lalu
diamati.
5. Strategi mengajarkan/menyampaikan
materi aspek afektif
Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut
Bloom (1978) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi,
dan penilaian. Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain:
penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian
ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan
kondisi. Agar memiliki sikap tertib dalam antrean, di depan loket dipasang
jalur untuk antri berupa pagar besi yang hanya dapat dilalui seorang demi
seorang secara bergiliran. Pemodelan atau contoh: Disajikan contoh atau model
seseorang baik nyata atau fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa.
Misalnya tokoh Bima dalam Mahabarata. Sifat Bima yang gagah berani dapat
menjadi idola anak.
Strategi Mempelajari Bahan Ajar, ditinjau
dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan
guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi
siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau
berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi
pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih. Penjelasan dan contoh disajikan
sebagai berikut :
a. Menghafal
(verbal & parafrase)
Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember
verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal
adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang
memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama
tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen
suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus
dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau
kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti,
misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides,
dsb.
b. Menggunakan/mengaplikasikan
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian
digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu
memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi
yang telah dipelajari.
Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti
dalam rangka pengambilan keputusan. Contoh, berdasar hasil penggalian ditemukan
fakta terdapatnya emas perhiasan yang sudah jadi, setengah jadi, perhiasan yang
telah rusak, tungku, bahan emas batangan di bekas peninggalan sejarah di desa
Wonoboyo Klaten Jawa Tengah. Dengan menggunakan fakta tersebut, ahli sejarah
berkesimpulan bahwa lokasi tersebut tempat bekas pengrajin emas.
Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi,
dalil, atau rumus. Seperti diketahui, dalil atau rumus merupakan hubungan
antara beberapa konsep. Misalnya, dalam berdagang "Jika penjualan lebih
besar daripada biaya modal maka akan terjadi laba atau untung".
Konsep-konsep dalam jual beli tersebut meliputi penjualan, biaya modal, laba,
untung, dan konsep "lebih besar".
Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk
menggeneralisasi dan membeclakan. Contoh, seorang anak yang telah memahami
konsep "jam adalah alat penunjuk waktu", akan dapat menggeneralisir
bahwa bagaimanapun berbeda-beda bentuk dan ukurannya, dapat menyimpulkan bahwa
benda tersebut adalah jam.
Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan
masalah pada kasus-kasus lain. Contoh, seorang siswa yang telah mampu
menghitung luas persegi panjang setelah mempelajari rumusnya, dapat menentukan
luas persegi panjang di manapun dan berapapun besarnya panjang dan lebar
persegi panjang yang harus dihitung luasnya.
Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau
dipraktekkan. Seorang siswa yang telah hafal dan berlatih mengendarai sepeda
motor, dapat mengendarai sepeda motor tersebut. Penggunaan prosedur
(psikomotorik) adalah untuk mengerjakan tugas atau melakukan suatu perbuatan.
Sebagai contoh, siswa dapat mengendarai sepeda motor setelah menghafal langkahlangkah
atau prosedur mengendarai sepeda motor.
Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau
sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan
mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
c. Menemukan
Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan
cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang telah dipelajari.
Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi.
Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah
mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan
penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah
mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat
membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air
tanah.
d. Memilih
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang
dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan
ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah
atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat.
A.
Teknik Penyusunan Buku Ajar
Hal
– hal yang perlu diperhatikan :
1)
Materi (Komponen/isi utama) Sumber:
a.
Hasil penelitian
b.
Buku, jurnal, makalah
c.
Materi lain yang diperoleh via online yang dirasa
benar
d.
Pengalaman pribadi: modul, makalah, nara sumber
2)
Teknik Penyajian
a.
Meningkatkan pemahaman pembaca dengan benar dan lebih
cepat
b.
Kualitas tulisan dan gambar yang baik
c.
Hindari salah ketik
3)
Bahasa Bahasa yang baku dan tepat. Bagian-bagian buku
Ajar :
4)
Bagian depan/ Awal - Kata pengantar / prakata - Daftar
isi - Daftar tabel/gambar
5)
Isi (inti buku) Bab 1, Bab 2, dst. ... dengan tujuan
tiap bab,standar kompetensi, rangkuman, latihan Daftar Pustaka (Jawaban
latihan)
6)
Bagian akhir - Glosarium - Lampiran-lampiran - Indeks
- Biodata penulis Teknik penyusunan buku ajar :
a.
Tentukan topik/bidang ilmu buku ajar yang akan dibuat
... buat topik/bidang ilmu buku ajar yang kita bisa (sesuai bidang keahlian).
b.
Tentukan kelompok sasaran (pasar).
c.
Tentukan struktur isi.
d.
Tulis dengan mengikuti kaidah ilmiah yang berlaku.
e.
“Estetika” yang manarik.
f.
Lihat buku-buku ajar terkait yang telah ada, Sudah
ada? Harus beda.
g.
Apa yang bisa “ditiru” dari buku-buku tersebut, jangan
lupa memodifikasi jika ada beberapa hal yang digunakan.
h.
Tanya kelompok sasaran. Apa yang diperlukan dari
sebuah buku ?
i.
Buat topik yang diperlukan oleh banyak kelompok
sasaran (mata kuliah tidak hanya disajikan di satu program studi/universitas).
j.
Kontekstual. Langkah-langkah penyusunan buku ajar
: Langkah pertama adalah kumpulkan
buku-buku bagus menurut anda yangü dapat
digunakan sebagai referensi dalam kita menyusun buku ajar. Kedua, pelajari cari penulisnya menyampaikan
pemikirannya lewat büuku, dan perhatikan gaya menulisnya,
dan ketiga fokus dengan buku yang akan
kita susun agar materinya takü melenceng jauh dari standar
kompetensi atau kompetensi dasar yang sudah disepakati bersama.
Buku ajar yang baik tentu memuat
materi pembelajaran secara lengkap, tersusun baik, dan tidak mengandung hal-hal
yang dapat menimbulkan gejolak yang tidak baik pada diri siswa. Dengan buku
ajar yang baik, siswa dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara
yang mudah.
Salah satu usaha untuk meningkatkan
profesionalisme guru adalah menulis bahan ajar dan buku teks pelajaran. Buku
teks pelajaran adalah sumber pembelajaran yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Guru mesti selektif dalam memilih buku yang layak dan
berkualitas. Untuk memacu kreativitas guru, dimungkinkan pula untuk menulis
buku teks pelajaran. Penulisan buku teks pelajaran harus mengacu pada rambu penilaian
yang telah ditetapkan oleh Pusat Perbukuan (Pusbuk) dan Badan Standar Nasional
Pendidikan. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh
dari kata sempurnah, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak
yang tentunya.
0 komentar:
Post a Comment